Boeing Starliner yang ditumpangi astronot NASA asal India Sunita Williams menuju Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS) pada tanggal 5 Juni disebut-sebut sebagai kapsul luar angkasa yang dibuat oleh astronot untuk astronot, tetapi, yang membuat Boeing malu, sekarang akan kembali tanpa awak antariksa. Perjalanan pulang, dalam mode otonom, dijadwalkan pada tanggal 6 September dan Starliner diharapkan mendarat sekitar enam jam setelah lepas landas.
Starliner, yang pengembangannya terganggu oleh penundaan, sedang dalam uji terbang berawak pertamanya, membawa Sunita Williams dan Barry “Butch” Wilmore untuk misi yang seharusnya berlangsung selama delapan hari. Kedua astronot tersebut telah berada di Stasiun Luar Angkasa Internasional sejak 6 Juni dan masa tinggal mereka terus diperpanjang karena masalah propulsi pada Starliner. NASA mengumumkan pada 24 Agustus bahwa para astronot akan kembali ke Bumi pada Februari 2025 dan pesawat ruang angkasa Boeing akan kembali tanpa awaknya.
Pemulangan tanpa awak memungkinkan NASA dan Boeing untuk terus mengumpulkan data pengujian Starliner selama penerbangan pulang sekaligus memungkinkannya untuk tidak menanggung risiko lebih besar daripada yang diperlukan bagi awaknya. Pejabat NASA mengatakan keputusan itu “diambil dengan suara bulat” dari pihaknya, sementara Boeing menegaskan dapat mengembalikan Starliner dengan atau tanpa awak.
'Pertemuan Menegangkan'
Badan antariksa itu telah mengonfirmasi bahwa keputusan untuk mengembalikan pesawat antariksa itu tanpa awak diambil pada pertemuan “menegangkan” antara pejabat NASA dan Boeing.
Menjelaskan keputusan tersebut, Senator kepala NASA Bill Nelson, yang juga mantan astronot, mengatakan, “Penerbangan antariksa berisiko, bahkan pada saat yang paling aman dan paling rutin. Penerbangan uji coba, pada dasarnya, tidak aman maupun rutin.
Keputusan untuk mempertahankan Butch dan Suni (Sunita Williams) di Stasiun Luar Angkasa Internasional dan membawa pulang Starliner milik Boeing tanpa awak adalah hasil dari komitmen kami terhadap keselamatan – nilai inti dan Bintang Utara kami.”
Boeing, di pihaknya, mengatakan tetap yakin dengan pesawat antariksa Starliner dan kemampuannya untuk kembali dengan selamat bersama awak. “Kami terus mendukung permintaan NASA untuk pengujian, data, analisis, dan tinjauan tambahan guna menegaskan kemampuan pesawat antariksa untuk lepas landas dan mendarat dengan aman. Keyakinan kami didasarkan pada banyaknya pengujian berharga dari Boeing dan NASA. Pengujian telah mengonfirmasi bahwa 27 dari 28 pendorong RCS (sistem kontrol reaksi) dalam kondisi baik dan kembali ke kemampuan operasional penuh,” kata perusahaan itu dalam sebuah pernyataan.
“Sistem propulsi Starliner juga mempertahankan redundansi dan tingkat helium tetap stabil. Data tersebut juga mendukung penilaian akar penyebab masalah helium dan pendorong serta alasan penerbangan untuk Starliner dan awaknya kembali ke Bumi,” tambahnya.
Persyaratan Belum Terpenuhi
Tetapi NASA, yang telah terbakar setelah kecelakaan kembar pesawat ulang-alik Challenger dan Columbia, tidak mau mengambil risiko apa pun.
Dalam sebuah pernyataan, NASA mengatakan “ketidakpastian dan kurangnya persetujuan ahli tidak memenuhi persyaratan keselamatan dan kinerja badan tersebut untuk penerbangan luar angkasa manusia”.
Para ahli mengatakan kapsul antariksa yang dipiloti astronot asal India Sunita Williams ke Stasiun Antariksa Internasional (ISS) adalah modul awak paling modern dan telah dirancang untuk memastikan bahwa astronot yang terbang di dalamnya aman dan nyaman. Ibu Williams sendiri memiliki pengaruh pada hampir semua aspek wahana antariksa karena ia telah terlibat dalam pembuatannya sejak lama.
Kalipso
Menurut data yang dirilis oleh Boeing, Starliner memiliki tinggi 5 meter, termasuk modul kru dan modul layanan, diameter 4,6 meter, dan berat 13.000 kg saat lepas landas. Starliner dirancang untuk menampung maksimal tujuh awak, tetapi misi NASA akan membawa empat hingga lima awak. Setiap modul kru dirancang untuk menerbangkan hingga 10 misi, sehingga sebagian dapat digunakan kembali. Namun, modul layanan dibuat untuk setiap misi saat dibuang ke luar angkasa.
Pesawat ruang angkasa Crew Space Transportation (CST)-100 Starliner dirancang untuk campuran awak dan kargo untuk misi ke orbit rendah Bumi.
Ibu Williams, yang juga menyebut Starliner sebagai 'wahana antariksa yang fantastis', diberi kesempatan untuk memberi nama wahana antariksa yang akan ditumpanginya dan memutuskan untuk menamakannya 'Calypso' – berdasarkan nama kapal terkenal yang ditumpangi ahli kelautan dan pembuat film legendaris Prancis Jacques-Yves Cousteau saat menjelajahi lautan saat dia masih menjadi mahasiswa.
Pembuatan Starliner mengalami penundaan yang lama dan jauh melebihi anggaran, dan beberapa orang mengatakan masalah yang sama yang telah menimpa Perusahaan Boeing dalam bisnis penerbangannya mungkin juga mengganggu sisi luar angkasa.
Pada tahun 2014, NASA telah memberikan kontrak senilai $4,2 miliar kepada Boeing untuk membuat Starliner dari awal dan berhasil melakukan penerbangan luar angkasa berawak pertamanya pada bulan Juni ini – sepuluh tahun kemudian. Sebagai perbandingan, Space X, yang diberi kontrak serupa untuk pengembangan Crew Dragon, mengirimkannya dengan perkiraan biaya $2,6 miliar dan telah mengangkut astronot sejak tahun 2020. Williams dan Wilmore juga akan kembali ke Bumi dengan Crew Dragon.
Pengembangan Akan Berlanjut
Pada tanggal 24 Agustus, kepala NASA mengatakan bahwa ia memiliki keyakinan 100% bahwa Boeing Starliner akan terus dikembangkan tetapi menegaskan bahwa lembaga tersebut telah memberikan kontrak harga tetap kepada Boeing, yang berarti bahwa perusahaan harus menanggung biaya tambahan untuk sertifikasi penuhnya sebagai wahana yang layak untuk penerbangan luar angkasa berawak dengan biaya sendiri.
Starliner juga baru-baru ini menjadi berita utama karena “suara-suara aneh” yang keluar darinya, yang kini telah diidentifikasi sebagai umpan balik dari sebuah speaker.
