Berita Terbaru Bagaimana Iran, Tiongkok, Rusia Menargetkan Pemilu AS

Washington DC:

Dewan juri di AS telah mendakwa tiga warga Iran atas tuduhan terkait peretasan dan spionase dunia maya terhadap kampanye calon presiden dari Partai Republik Donald Trump. Dakwaan ini muncul di tengah meningkatnya kekhawatiran atas campur tangan Iran, Tiongkok, dan Rusia dalam pemilu AS.

Jaksa federal di Amerika Serikat hari ini telah mengajukan tuntutan pidana atas kasus tersebut. Para peretas diduga menargetkan anggota kampanye mantan presiden Donald Trump.

Ketiga tersangka diduga berkonspirasi dengan beberapa peretas lain untuk melakukan “operasi peretasan luas selama bertahun-tahun atas nama Korps Garda Revolusi Islam (IRGC),” kata Jaksa Agung AS Merrick Garland.

Tuduhan tersebut berkaitan dengan operasi spionase dunia maya rahasia Iran yang diduga mencuri dokumen penting terkait kampanye Donald Trump. Para peretas ini juga diduga mengirimkan rincian ini ke beberapa jurnalis dan orang-orang penting yang terkait dengan kampanye terpilihnya kembali Presiden AS Joe Biden. Ini terjadi sebelum Presiden Joe Biden mundur dan mencalonkan wakilnya – Kamala Harris – sebagai calon presiden dari Partai Demokrat.

“Kata-kata para terdakwa sendiri memperjelas bahwa mereka berusaha melemahkan kampanye mantan presiden Trump menjelang pemilihan presiden AS tahun 2024,” kata Garland.

Dokumen pengadilan mengungkapkan bahwa para peretas telah “bersiap dan terlibat dalam kampanye peretasan yang luas”. Hal ini mencakup metode seperti spear-phishing dan teknik rekayasa sosial untuk menyusupi akun beberapa pejabat pemerintah AS dan individu yang terkait dengan kampanye politik.

Sebuah laporan Microsoft bulan lalu menyatakan bahwa “peretas Iran telah mengirimkan email spear phishing pada Juni 2024 kepada pejabat tinggi kampanye kepresidenan Donald Trump.” Pada bulan yang sama, departemen keamanan siber Google mengatakan bahwa “Peretas dari Iran juga mencoba melanggar kampanye Presiden Joe Biden.”

“Pesan pemerintah AS jelas: Rakyat Amerika, bukan kekuatan asing, yang menentukan hasil pemilu di negara kami,” kata Garland.

Rincian tentang seberapa sukses upaya peretasan ini, pejabat mana yang menjadi sasaran, dan tingkat pelanggaran belum diungkapkan oleh lembaga investigasi.

Komunitas Intelijen Amerika Serikat atau IC telah mengatakan awal bulan ini bahwa “Aktor asing meningkatkan aktivitas pengaruh pemilu mereka menjelang bulan November. Penilaian kami terhadap aktivitas Rusia, Iran, dan Tiongkok tidak berubah sejak laporan terakhir kami.”

Dakwaan hari ini adalah yang terbaru dari serangkaian dakwaan federal terhadap peretas asing yang menargetkan lembaga pemerintah dan individu.

Sejarah Donald Trump dengan Iran sudah ada sejak lama. Selama kampanyenya untuk pemilihan presiden tahun 2024, Trump mengklaim bahwa badan-badan intelijen AS dilaporkan telah memberitahunya bahwa Teheran diduga berencana untuk membunuhnya.

Para pejabat tinggi keamanan di Amerika Serikat yakin Iran telah merencanakan selama bertahun-tahun untuk membunuh Donald Trump, sebagai upaya balas dendam atas pembunuhan Jenderal Iran saat itu, Qasem Sulemani, yang merupakan salah satu tokoh paling berpengaruh di negara tersebut pada tahun 2020.

BAGAIMANA BERBAHAYANYA “ANCAMAN IRAN”

Jaksa Agung mencatat bahwa “hanya ada beberapa aktor di dunia ini yang memberikan ancaman besar terhadap keamanan nasional Amerika Serikat seperti halnya Iran.”

Dokumen pengadilan mengungkapkan bahwa perencanaan upaya peretasan ini telah direncanakan sejak tahun 2020. Lebih lanjut mereka menyatakan bahwa pada bulan Mei tahun ini, para peretas mulai menargetkan dan mendapatkan akses ilegal ke akun pribadi individu yang terkait dengan kampanye kepresidenan AS.

Departemen Keuangan AS juga mengambil tindakan tegas dalam kasus ini dengan menjatuhkan sanksi terhadap tujuh warga Iran, termasuk Masoud Jalili, yang termasuk di antara tiga peretas yang didakwa hari ini.

Departemen Keuangan Amerika Serikat “tetap berkomitmen kuat untuk meminta pertanggungjawaban mereka yang berupaya melemahkan lembaga-lembaga kita,” kata Bradley Smith, Wakil Menteri Keuangan bidang terorisme dan intelijen keuangan saat ini.

Selain Jalili, Departemen Keuangan juga memberikan sanksi kepada enam anggota staf dan eksekutif perusahaan keamanan siber Iran, Emennet Pasargad. “Sekitar bulan Agustus dan November 2020, Emennet Pasargad memimpin operasi online untuk mengintimidasi dan mempengaruhi pemilih Amerika, dan untuk melemahkan kepercayaan pemilih dan menabur perselisihan,” kata Departemen Keuangan.

“GANGGUAN” RUSIA DAN CINA

AS juga menuduh Rusia dan Tiongkok ikut campur dalam pemilihan presiden AS, tuduhan yang dibantah oleh Rusia dan Tiongkok. Meskipun tim kampanye Donald Trump menuduh Vladimir Putin secara terbuka mendukung Kamala Harris, berdasarkan pernyataannya dalam wawancara di televisi, pemerintah AS mengklaim bahwa media Rusia berusaha memengaruhi pemilih AS.

Tiongkok, klaimnya, juga ikut campur, berdasarkan siapa yang dirasa lebih cocok untuk agenda globalnya. Baik Moskow maupun Beijing membantah tuduhan tersebut.

AS menuduh pemerintah Tiongkok secara langsung mencampuri urusan dalam negeri AS karena Beijing dilaporkan berulang kali melakukan upaya untuk mempolarisasi warga Amerika berdasarkan masalah dalam negeri menjelang pemilu AS. Beijing juga dituduh melakukan serangan yang ditargetkan terhadap kandidat dan partai.

Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken pada bulan April tahun ini mengatakan bahwa AS memiliki bukti upaya Tiongkok untuk “mempengaruhi dan bisa dibilang ikut campur” dalam pemilu AS.